Kamis, 22 Mei 2008

ADA HIKMAH DIBALIK PERISTIWA

Senin sore tanggal 12 mei 2008 jam 5.30, seperti biasa sampai di rumah. tapi aku merasa ada yang lain terjadi pada tubuhku, tangan dan kakiku dingin sekali awalnya aku tidak menyadarinya, "ihhhhh tangan tante dingin banget ah" kata Adiba ( Ponakanku) protes ketika ku tempelkan tanganku untuk mencubit pipinya. tapi aku masih menganggapnya biasa, karena aku berfikir karena cuaca sore itu yang mendung hingga mempengaruhi suhu badanku. Karena hari makin malam dan magrib segera datang, tanpa membuang waktu aku langsung bergerak mandi.

Selesai mandi aku merasa mengigil, kepalaku mulai pening, susah payah aku berusaha menyelesaikan solat magribku meskipun kakiku mulai terasa lemas. Alhamdulillah selesailah solatku. tapi aku tak kuat lagi untuk kemana-mana, ku rasa akan baik kalau aku istirahat sebentar dan bangun saat Isya. Kepalaku makin pusing, tenggorokanku terasa panas.
" Tante mau ikut beli mie rebus ngak ?" Adiba masuk kekamarku dan menawarkan mwnu makan malam yang biasanya akan sayang untuk ditolak. tapi selera makanku telah hilang entah kemana.
" ngak mbak aja sama eyang kakung dan eyang putri, tente titip larutan penyegar aja yah " pesanku pada ponakan kecilku. dengan langkah yang dipercepat karena sifat penakutnya saat melewati tangga yang menghubungkan ruanmg atas dan ruang bawah , diba segera melaporkan permintaanku.

Tak lama diba mengantarkan 2bungkus larutan penyegar instan tanpa memberiku air, Duh tega betul anak ini, sedangkan aku rasa aku tak kuat lagi turun untuk mengambil air sedangkan aku mendengar deru mobil ayah sudah melaju menuju suatu tempat favorit keluarga kami untuk makan malam. aku benar benar tak berdaya, dalam kesendirian aku merasakan tubuhku seperti berada dalam es batu, selimut tebalku tak mampu membuatku merasa nyaman. kepalaku serasa ingin meledak setiap kali kucoba membuka mataku, kuraba keningku terasa panas. "Astagfillahalazzim....." berkali-kali hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutku. jangankan turun dari tenpat tidur dan meminta bantuan seseorang yang mungkin lewat di depan rumahku, untuk meraih handphone yang ada dilaci diatas kepalaku saja aku sudah tak sanggup. " Ya...Allah seperti inikah rasanya bila Izrail akan datang?" Entah kenapa yang ada dalam pikiranku hanya kematian. Bukan kematian yang aku takutkan, tapi aku dalam keadaan sendiri dirumah, siapa yang akan mengetahui kepergianku kalau tak satupun orang yang ada dirumah.

Aku menangis sejadi-jadinya, berharap ada orang yang mendengar dan segera menolongku. Tapi posisi kamarku yang terpisah dari rumah utama, membuat suaraku sama sekali tak terdengar oleh orang-orang yang ada dibawah apalagi yang ada diluar rumah. Suara mobil masuk kegarasi rumah membuatku lega, tapi suaraku seperti hilang, teriakanku bahkan tak terdengar oleh telingaku sendiri. sudah payah aku mencoba memberi tanda pada orang yang ada dibawah kamarku.tapi sama sekali tak berhasil dan akhirnya aku menyerah" ya Allah jika sudah datang waktuku, aku rela karena dirumah ini ada orang-orang yang aku cintai" dalam hati aku berkata dan menangis. ya entah menangis karena takut mati atau menangis karena menahan rasa sakit yang luar biasa.

Aku sebisa mungkin untuk tetap sadar, dalam hati dan pikiranku hanya dzikir yang mampu ku ingat dan kuucap. Syukur Alhamdulillah, bunda kekamarku untuk mengingatkanku bahwa aku belum makan malam, aku tak sanggup bergerak karena dengan membuat satu gerakan maka kepalaku akan terasa ingin lepas. melihat aku tak bergerak bunda langsung memeriksaku.
" Panas, kompres " kataku meminta. dengan mengandalkan pendengaranku aku yakin bunda langsung turun dan mengambilkan aku air untuk kompres. ngak seberapa lama, ayahlah yang datang kekamarku dan memeriksa keadaanku. Ayah langsung menginstruksikan untuk segera kedokter. mungkin karena aku merasa lega keadaanku sudah diketahui oleh kedua orang tuaku, aku seperti mendapatkan kekuatan yang luar biasa. dengan dibantu ayah aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuruni tangga demi tangga. aku hanya berfikir secepat mungkin mendapatkan pertolongan.

Diruang dokter, dokter muda yang menanganiku memintaku untuk cek darah. Dokter ganteng (sempet-sempetnya curi-curi pandang!!!) yang sudah beberapa kali kutemui saat mengantar bunda bila keluhan darah tingginya kumat mengindikasi aku terkena Thypus. tanpa mau melihat aku semakin tersiksa karena pusing yang begitu menyiksa, begitu bagian laboraturium mengambil darahku, ayah segera mengantarku pulang agar bisa tidur dan biarlah bunda dan keponakanku yang mengambil hasil lab, dan ayah akan kembali menjemput bunda kalau hasilnya sudah keluar.

Sesampainya dirumah, aku langsung tidur dikamar bunda, karena aku seperti kehabisan tenaga untuk naik kekamarku, dan akan sangat menyusahkan bundaku untuk merawatku kalau sampai penyakitku ini berkelanjutan. Setelah mengantarku Ayah kembali ke klinik untuk menjemput Bunda. Ya Allah, lagi-lagi aku sendiri...aku merasa keadaaku semakin parah, kini bukan hanya kepalaku yang ingin pecah tapi tubuhku terasa sakit semua. Sepertinya tulang-tulang yang ada disekujur tubuhku sedang dicabuti, Luar biasa sakitnya...aku menjerit...tapi tak seorangpun mendengar...aku menangis sejadi-jadinya, aku benar-benar tak bisa menahan rasa sakitnya...aku menangis...sampai tak sadarkan diri...bukan pingsan tapi aku tertidur dan terbangun saat mendengar suara mobil masuk kegarasi. Aku menangis dan mempertanyakan kenapa mereka lama sekali.

Bunda langsung membuatkan aku bubur instan karena aku harus makan dulu sebelum minum obat. tapi rasanya tubuhku menolak apapun yang masuk kedalam tubuhku. susah payah aku menelan bubur,aku ingin segera mimun obat dan segera terbebas dari rasa sakit. bubur yang masuk hanya 3 sendok makan karena suapan keempat tak mampu kutelan. Setelah minum obat ayah menerangkan kalau aku positif kena thypus jadi mengultimatumku untuk istirahat 100%.

2hari dirumah, keadaanku tidak menunjukkan kemajuan, panas tubuhku tidak berkurang,setiap menit aku merintih karena semua tubuhku terasa sakit. Akhirnya Rabu 14 mei 2008 ayah memasukkanku ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, Aku salut pada paramedis yang ada, aku langsung mendapatkan pelayanan yang ramah, aku merasa nyaman mendapatkan pelayanan tersebut, jarum infus langsung menembus punggung tangan kiriku. aku bersyukur karena tak takut melihat jarum, melihat darahku diambil dan semua kegiatan medis kulewati dengan tenang karena aku hanya ingin segera sembuh jadi aku pasrah.

Karena ruang lain telah penuh, aku ditempatkan di kelas III rumah sakit tersebut. buatku tak masalah yang penting aku segera lepas dari penderiataan ini.Entah obat apa yang dimasukkan kedalam tubuhku, kepalaku tersa ringan, aku merasa badanku tak lagi mengigil darah hangat seperti mulai mengalir kedalam tubuhku. nyeri ditulang-tulangku mulai menghilang. aku mulai bisa menguasai diriku sendiri.

Kita akan tahu siapa diri kita dari seberapa banyak orang yang perduli dengan kita ketika kita terkena musibah. Subhanallah....sejak aku masuk rumah sakit, setiap jam besuk tak berhenti-hentinya orang menjenguk. Aku memang tak tahu persisi siapa saja mereka, tapi mereka semua tahu aku anak Ayah dan Bunda, Alhamdulillah aku punya orang tua yang selalu menjaga tingkah laku hingga kesan baik terekam oleh orang-orang disekeliling kami. Aku hampir menangis ketika orang yang menunggu pasien yang ada disebelah kasurku berkata. " Wah tamunya banyak terus ya..." Subhanallah, mudah-mudahan ini pertanda baik bagi keluargaku dan aku harus menjaga nama baik dan kehormatan orang tuaku.

Hari ke2 dirumah sakit dokter mengatakan bahwa trombositku turun hingga 113.000 memang ini masih dalam batas wajar, tapi kalau tidak hati-hati dan terus turun kemungkinan bukan hanya typhus yang aku derita mungkin ada demam berdarah juga. Nafsu makanku turun drastis, semua makanan yang seharusnya nikmat menjadi siksaan bagiku, baru mencium bau makanan rasa mual langsung mengganggu lambungku. aku mulai bosan, kemana-mana aku harus membawa botol infus yang sejak tertancap ditanganku membuatku harus sering ke kamar kecil. yang lebih menyiksa lagi kalau ingin mandi, aku selalu kerepotan saat melepas baju atau memakai baju karena jarum infus tidak boleh bergeser atau akan terjadi pendarahan. saat itu aku berfikir "Ya Allah, Begini rasanya hanya mempunyai 1 tangan. aku sungguh-sungguh tak berdaya, semuanya yang seharusnya mudah sangat sulit aku lakukan....Ya Allah beginilah caramu menunjukkan kekuasaanMU"

Badan yang tadinya baik-baik saja, hanya dalam hitungan menit dapat rapuh dan tak berdaya, tangan yang lengkap Allah mengujinya dengan mati suri karena terikat selang infus . Allah menguji umatnya dengan jalan yang tidak terduga datangnya. Alangkah sombongnya aku selama ini, menganggap aku takkan sakit karena pekerjaanku sekarang lebih ringan dibandingkan pekerjaanku yang dulu, nyatanya malah ambruk seambruk-ambruknya. Sombong dengan tangan yang lengkap dan sering memandang sebelah mata orang-orang yang memang kehilangan tangan mereka. Menganggap aku bisa melakukan sesuatu sendiri dan nyaman karena selalu dikelilingi orang yang mencintaiku setiap saat, nyatanya aku benar-benar tak berdaya saat ditinggal sendiri di rumah dalam keadaan sakit. Sungguh tersiksanya saat nanti aku mati aku benar-benar sendiri tak ada orang yang mengurus jasadku,tak ada doa orang-orang yang menyelamatkanku dari siksa kubur, Auzubillahiminzalik.... semoga semua kejadian ini membuka mata dan hatiku bahwa kita manusia benar-benar tak berdaya tanpa Kasih Sayang Allah....

Dan kerena kasih sayangNYA pula, sabtu 17 mei 2008 dokter mengataklan trombositku sudah diatas normal yaitu 123.000, sebenarnya masih rendah tapi Dokter mengijinkan untuk rawat jalan jadi kalau bisa dirawat di rumah kenapa harus buang-buang uang untuk menambang pundi-pundi kekayaan para dokter-dokter itu...he...he..he ( ngak ada trimakasih-trimakasihnya ma dokter yach...)

ayitha kini dalam keadaan baik-baik saja dan sudah memulai aktifitas seperti semula
semoga rahmat Allah tak putus-putusnya untuk kita semua..... AMIN..........

Jumat, 09 Mei 2008

PAHLAWAN ATAU PECUNDANG

Disuatu hari disebuah negara, ada seorang pemuda yang menderita sakit parah. Meskipun secara fisik tidak mempengaruhi kehidupannya sehari hari, namun semua dokter dinegara itu sudah mengatakan bahwa penyakitnya itu akan mengantarkannya kepintu kematian. kesediahan yang begitu dalam dirasakannya. dia tak tahu lagi harus bagaimana dan apa yang harus dia kerjakan disisa hidupnya.
Suatu hari sang raja mengumumkan bahwa negara mereka dalam keadaan darurat dan semua anak laki-laki harus mengikuti bela negara untuk dikirim perang. Pemuda yang sakit tadipun tak luput dari tugas itu. kalau untuk pemuda lain ini adalah hal yang menakutkan, namun buat pemuda yang satu ini, ini adalah saat yang tepat untuk membuat sisa hidupnya berarti. tanpa ragu dia langsung mendaftarkan diri menjadi pasukan terdepan.
keadaan makin mencekam, lawan makin mendekat dan peperangan tak terhindarkan. si pemuda tadi berperang dengan sekuat tenaga, dia menjadi pemuda yang paling terdepan, baginya nyawanya sudah tak diperdulikannya. baginya mati sekarang di medan perang akan membuatnya berarti daripada dia mati dikasur yang empuk dan menyerah pada penyakitnya.
Siapa sangka keberanian si pemuda tadi membuat peperangan yang terjadi berkali-kali ini dimenangkan oleh pasukannya. Sang Raja yang mendapat kabar kemenangan itu dan mendengar tentang keberanian seorang pemuda membuatnya begitu bangga, seusai perang sipemuda ini dipanggilnya. karena keberanian pemuda itu, sang Raja langsung memberikannya sebuah kehormatan dengan menjadikannya panglima untuk seluruh pasukan yang ada negara tersebut.
Si pemuda yang tadinya tak merasa hidupnya berarti kini berubah. dia merasa harus berjuang untuk hidup, dia meminta kepada Raja untuk memberinya dokter terbaik untuk menyembuhkannya. dan sang raja mengabulkannya, beliau merfikir kalau sakit saja pemuda itu bisa membuat negara ini menang apa lagi kalau dia dalam keadaan sehat maka didatangkanya dokter-dokter terbaik dinegara tersebut, mumpung masih ada waktu sebelum pemuda ini kembali kemedan perang untuk memperluas wilayah kekuasaan Raja.
Si pemuda itu akhirnya sembuh dari penyakitnya. peperangan sudah didepan mata, karena sipemuda itu kini sudah menjadi seorang panglima perang dan telah sembuh dari penyakitnya , sipemuda tak mau lagi berada dilapisan terdepan dari pasukannya. dia berfikir ini adalah kehidupan kedua baginya dan dia tidak akan melepaskannya lagi. tugasnya kini hanya membuat strategi berperang yang tempatnya jauh dari medan perang dia hanya memerintahkan pasukannya untuk berperang.
Namun apa yang terjadi, peperangan tersebut justru dimenangkan oleh pihak lawan. bukan karena pasukannya lemah, bukan karena strateginya salah. tapi karena tidak ada lagi seorang pemuda yang tak takut kehilangan nyawa karena mengidap penyakit yang mematikan. tidak ada lagi pemuda yang melihat kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan.
lalu siapakah pemuda itu sesungguhnya.....
PAHLAWAN atau PECUNDANG...?????????