Jumat, 22 Agustus 2008

Perjalanan III (kembali kemasa lalu )

Masih Minggu 17 Agustus 2008.......

Menjelang Jam 3 sore kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, Jadwal kami mundur 2 jam. seharusnya kami berangkat dari kendal sekitar pukul 1 siang ini, tapi ayah masih setia mendengarkan keluhan-keluhan pak dhe jadi kami mencoba bersabar.

Akulah yang sangat bersemangat dengan perjalanan ini, karena sudah sekian lama aku menginginkan saat-saat ini terjadi. Cukup lama aku memimpikan bertemu dengan shabat semasa aku kecil dulu, teman yang setia membagi waktu untuk bermain, belajar dan terkadang bertengkar berebut peran dalam permainan yang biasa kami sebut"PASARAN" sepanjang jalan aku terus mengenang akan masa kecilku.

Pukul 4 Sore kami sampai di Kota semarang, kami sengaja berhenti sebentar disana. Tujuan kami adalah simpang lima. Tapi sayang, hari ini tanggal 17 agustus yang pusat perayaannya adalah dilapangan simpang lima, walhasil kami harus lewat gang karena semua akses menuju simpang lima tertutup. Untangnya Ayah yang selama 3 tahun pernah hidup didaerah sini tahu betul apa yang harus kami lakukan. Kami parkir dibelakang Sri Ratu Mall dan berjalan kaki menuju lapangan simpang lima.

Lapangan simpang lima sedang sangat ramai, karena kami belum melaksanakan sholat ashar maka kesempatan ini kami gunakan untuk mengunjungi Masjid kebanggaan Masyarakat semarang, Apa lagi kalo bukan Masjid Baiturrahman, masjid yang berdiri dengan gagahnya menambah kesan islamiah ditengah-tengah keramaian kota semarang. sambil beristirahat kami mencoba menikmati nyamannya masjid ini. Yah walaupun kalau dibanding dengan masjid al Azhar atau Istiqlal apalagi kubah emas, jelas masjid ini tidak semegah mereka, tapi kalau bicara soal kenangan, maka Ayah akan banyak bercerita tentang Masjid ini.

Setelah puas beristirahat di masjid maka tujuan kami sudah tidak dapat diganggu gugat adalah wisata kulinernya. MAsuk kawasan Simpang lima, maka kita akan dimanjakan dengan kuliner yang menggugah selera, dan karena belum masuk waktu makan malam, maka kami memutuskan untuk membeli cemilan khas semarang yaitu " TAHU PETIS" tidak tanggung-tanggung kami membeli 30 pcs untuk kami makan sendiri dan 40 pcs untuk buah tangan kerabat-kerabat kami di ungaran. begitu mencium aroma tahu yang sedang digoreng dalam penggorengan yang berukuran raksasa, sudah terbayang nikmatnya tahu dengan saos petis berwarna hitam dan berasa manis ini. dalam hitungan menit, terbayar sudah sara kangenku pada makanan ini. Setelah mendapatkan tahu petis, mengingat hari makin sore dan perjalanan kami masih lumayan jauh, maka kami putuskan untuk menyudahinya kunjungan kami di Kota semarang. dan kamipun segera meluncur ke kota Ungaran. dalam perjalanan kami dan masih dikawasan kota semarang kami melewati sebuah tugu yang disebut dengan tugu muda, yang menarik adalah bangunan tua yang ada diseberangnya. Bangunan yang terlihat cantik itu memiliki pintu yang berjumlah 1000 pintu, maka dari itu gedung itu dinamakan "LAWANG SEWU" yang dalam bahasa indonesia berarti seribu pintu. Gedung yang tua dimakan Zaman itu menyimpan banyak misteri mistik, gedung tanpa perawatan yang baik itu beberapa kali dijadikan lokasi untuk syuting hal-hal yang berbau mistik seperti "Pemburu Hantu", "UKA-UKA" dan atau sebuah acara yang dipandu oleh pak H. Leo Lumato yaitu acara "Percaya ngak Percaya". Jujur aku sangat penasaran untuk memasukinya dan suatu hari nanti aku pasti akan kesana untuk berkunjung.

Karena cukup lelah maka sepanjang jalan Semarang menuju Ungaran aku tertidur, dan mulai tersedar ketuka memasuki kota Ungaran. Tujuan kami adalah Hotel Ungaran cantik, karena di ungaran kami tidak memiliki saudara, maka disanalah kami memutuskan untuk bermalam. Hotel ini sebenarnya hotel sederhana, hanya saja posisinya yang langsung berhadapan dengan Gunung Ungaran membuat hotel ini begitu ramai. dari balik jendela kamar kami nampak jelas kecantikan plus kegagahann Gunung yang menjulang tinggi dihadapan kami. tapi sayang kami terlalu sore sampai disini sehingga kami tidak bisa melihat terbenamnya matahari dari balik Gunung ungaran. dan aku jadi teringat ketika dulu masih tinggal disini, saat-saat habis hujan adalah saat-saat yang sangat menakjubkan, karena sering sekali terlihat pelangi yang menghiasi langit dengan latar belakang gunung yang berwarna hijau kebiruan itu, suatun pemandangan yang masih tetap kurindukan hingga kini dan berharap suatu hari nanti aku dapat menemuinya lagi.

Selepas magrib kami langsung meluncur ke suatu tempat dimana aku menghabiskan masa keciku yaitu Karangjati, kami langsung menuju rumah sahabatku yaitu Mbak menik. dan saat-saat itu tiba juga, tidak ada yang berubah dari sosok serang menik, dia tetap cantik dan mungil hanya saja kini dia telah memiliki satu orang putra bernama Farel, dalam waktu yang sangat sedikit itu kami manfaatkan untuk saling mengulang kenangan masa lalu. dan lagi-lagi moment 17an adalah moment yangpaling bersejerah dalam kehidupan kanak-kanak antara aku dan mbak menik. Dulu setiap 17 agutus, di desa kami selalu mengadakan panggung hiburan. dari tahun-ketahun kami tak pernah absen untuk menjadi pengisi acara. aku,m'menik dan m'rom adalah trio tereksis. bukan hanya 1buah pertunjukan yang kami tampilkan, minimal dalan sebuah pentas kami dapat mementaskan 2-3 tarian. mulai tari daerah sampai tari modern pernah kami hadirkan. sayangnya peristiwa-peristiwa itu tidak ada dokumentasinya jadi kami hanya dapat mereviewnya dalan kenangan kami saja.

Waktu semakan malam, ayah mengajak kami langsung kesebuah desa yang bernama Gembongan dan kami menyudahi kunjungan itu dan berharap bisa bertemu lagi. Di Gembongan kami langsung disambut oleh anak didik Ayah, namanya kang to, disanalah kami biasa transit. didepan rumah kang to lah berdiri sebuah rumah yang dimasa kecilku merupakan rumah termewah, disanalah aku dan keluargaku tinggal. dulu ayah punya usaha ternak ayam dalam jumlah yang besar. rumah kami sangat kecil dibanding dengan kandang-kandang yang berdiri dengan gagahnya dihalaman belakang rumah. dan percaya tidak percaya kami baru menyadari bahwa rumah itu memiliki nilai magis setelah kami meninggalkannya untuk pindah kejakarta. Dulu saat kami masih tinggal disana, suatu hari ayah pergi kesemarang untuk urusan dinas, mendadak kami mendapat kabar ayah masuk rumah sakit karena ginjalnya bermasalah. Belum sempat tetangga mengetahui kabar tersebut, para tetangga terkejut dengan rubuhnya salah satu kadang ayam ayah yang berukuran paling besar. untungnya pada saat itu adalah masa istirahat kandang. ada lagi cerita, suatu hari setelah rumah itu kami tinggalkan dan penghuni barunya baru menempati, hujan besar mengguyur disertai gemuruh guntur yang menggelegar dan tiba-tiba pohon kelapa yang ada dihalaman depan rumah tersambar petir dan beberapa hari setelah kejadian tersebut salah satu penghuni rumah tersebut ada yang dipanggil Allah SWT. yah entah hanya kebetulan atau karena memang memiliki nilai magis yang jelas rumah itu seperti memiliki hubungan batin dengan penghuninya, apalagi mitos posisi tusuk sate makin membuat nilai magis dari rumah itu semakin kental.


Keesokannya sebelum kembali kejakarta, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat dimana untuk pertama kalinya aku belajar membaca,berhitung,bersosialisasi sampai berorganisasi, disanalah aku memulai mengukir prestasi dibidang kepramukaan. 4 tahun aku disana dinobatkan sebagai dokter kecil. dimana lagi kalau bukan di Sekolah Dasar NEGERI 1 KARANGJATI. terlalau banyak kenangan yang tak terlupakan, disetiap sudut sekolah ini memiliki arti dalan hidupku, ruang kelas, halaman tempat biasa aku bermain kasti dan latihan pramuka, UKS dimana aku bisa menggunakan pakaian kebanggaanku sebagai dokter kecil, kantin dimana aku biasa membeli makan saat istirahat dan pohon bunga sepatu yang selalu menjadi korban kekreatifitasanku yang nakal dalam dunia potong memotong. Sungguh masa kecil yang sangat menyenangkan. dan itulah tempat terakhir yang aku kunjungi sebelum akhirnya aku kembali kejakarta dan memulai untuk melangkah lagi dan meneruskan hidupku.