Minggu, 24 Agustus 2008

Happy Birthday....

24 Agustus 2008....

Pagi ini aku terbangun bukan karena Alarm waktu solat Subuh, tapi aku terbangun hanya karena alarm pengingatku yang mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun yang menandakan ada yang ulang tahun hari ini. dan segera kulihat catatan dalan Hpku tertulis nama seseorang yang sangat aku kagumi. Siapakah dia? yah siapa lagi kalau bukan Akang Hedi Yunusku. memang tahun ini tidak menjadi istimewa buatku, tapi hari ini adalah hari yang mengingatkanku akan peristiwa yang terjadi di tanggal ini 2 tahun yang lalu. untuk pertama kalinya aku bertemu dengan idolaku itu secara pribadi. Aku yang saat itu sering mondar-mandir di Iradio Jakarta digedung sarinah, sangat tahu bahwa saat itu Kang hedi sedang aktif sebagai penyiar radio di Cosmopolitan FM, dan dengan mendapatkan dukungan dari teman-teman dari iradio untuk langsung mengucapkan selamat kepada sang idola dilokasi, maka akupun sudah mempersiapakn sebuah kado yang kubuat sendiri sejak 1 bulan sebelum peristiwa itu terjadi.

dan berkat kasih sayang Tuhan, maka tanggal 24 Agustus tahun 2006 aku bisa bertemu langsung dengannya, ngobrol dengannya, mendapat potongan kue ulangtahun darinya dan pastinya bisa ikut semua acara perayaan ulang tahun sang idola. sangat menyenangkan ketika 10tahun menunggu kesempatan itu terjadi akhirnya akupun berhasil dengan sukses. kebahagiaan yang luar biasa tak dapat dirangkaikan dalam kata-kata.

dan kini diusianya yang ke 40thn, aku tak tahu harus menemuinya dimana, karena sekarang dia sudah tidak lagi menjadi penyiar radio dan pastinya saat ini dia sedang sibuk dengan jadwal promo album terbarunya. Yah walaupun aku tidak dapat bertemu dengannya lagi, aku berdoa dan memohon yang terbaik tuk dilimpahkan kepadanya, untuk orang-orang yang dicintai dan disayanginya.

Happy Birthday to Hedy Yunus
WISH YOU ALL THE BEST FOREVER

Jumat, 22 Agustus 2008

Perjalanan III (kembali kemasa lalu )

Masih Minggu 17 Agustus 2008.......

Menjelang Jam 3 sore kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, Jadwal kami mundur 2 jam. seharusnya kami berangkat dari kendal sekitar pukul 1 siang ini, tapi ayah masih setia mendengarkan keluhan-keluhan pak dhe jadi kami mencoba bersabar.

Akulah yang sangat bersemangat dengan perjalanan ini, karena sudah sekian lama aku menginginkan saat-saat ini terjadi. Cukup lama aku memimpikan bertemu dengan shabat semasa aku kecil dulu, teman yang setia membagi waktu untuk bermain, belajar dan terkadang bertengkar berebut peran dalam permainan yang biasa kami sebut"PASARAN" sepanjang jalan aku terus mengenang akan masa kecilku.

Pukul 4 Sore kami sampai di Kota semarang, kami sengaja berhenti sebentar disana. Tujuan kami adalah simpang lima. Tapi sayang, hari ini tanggal 17 agustus yang pusat perayaannya adalah dilapangan simpang lima, walhasil kami harus lewat gang karena semua akses menuju simpang lima tertutup. Untangnya Ayah yang selama 3 tahun pernah hidup didaerah sini tahu betul apa yang harus kami lakukan. Kami parkir dibelakang Sri Ratu Mall dan berjalan kaki menuju lapangan simpang lima.

Lapangan simpang lima sedang sangat ramai, karena kami belum melaksanakan sholat ashar maka kesempatan ini kami gunakan untuk mengunjungi Masjid kebanggaan Masyarakat semarang, Apa lagi kalo bukan Masjid Baiturrahman, masjid yang berdiri dengan gagahnya menambah kesan islamiah ditengah-tengah keramaian kota semarang. sambil beristirahat kami mencoba menikmati nyamannya masjid ini. Yah walaupun kalau dibanding dengan masjid al Azhar atau Istiqlal apalagi kubah emas, jelas masjid ini tidak semegah mereka, tapi kalau bicara soal kenangan, maka Ayah akan banyak bercerita tentang Masjid ini.

Setelah puas beristirahat di masjid maka tujuan kami sudah tidak dapat diganggu gugat adalah wisata kulinernya. MAsuk kawasan Simpang lima, maka kita akan dimanjakan dengan kuliner yang menggugah selera, dan karena belum masuk waktu makan malam, maka kami memutuskan untuk membeli cemilan khas semarang yaitu " TAHU PETIS" tidak tanggung-tanggung kami membeli 30 pcs untuk kami makan sendiri dan 40 pcs untuk buah tangan kerabat-kerabat kami di ungaran. begitu mencium aroma tahu yang sedang digoreng dalam penggorengan yang berukuran raksasa, sudah terbayang nikmatnya tahu dengan saos petis berwarna hitam dan berasa manis ini. dalam hitungan menit, terbayar sudah sara kangenku pada makanan ini. Setelah mendapatkan tahu petis, mengingat hari makin sore dan perjalanan kami masih lumayan jauh, maka kami putuskan untuk menyudahinya kunjungan kami di Kota semarang. dan kamipun segera meluncur ke kota Ungaran. dalam perjalanan kami dan masih dikawasan kota semarang kami melewati sebuah tugu yang disebut dengan tugu muda, yang menarik adalah bangunan tua yang ada diseberangnya. Bangunan yang terlihat cantik itu memiliki pintu yang berjumlah 1000 pintu, maka dari itu gedung itu dinamakan "LAWANG SEWU" yang dalam bahasa indonesia berarti seribu pintu. Gedung yang tua dimakan Zaman itu menyimpan banyak misteri mistik, gedung tanpa perawatan yang baik itu beberapa kali dijadikan lokasi untuk syuting hal-hal yang berbau mistik seperti "Pemburu Hantu", "UKA-UKA" dan atau sebuah acara yang dipandu oleh pak H. Leo Lumato yaitu acara "Percaya ngak Percaya". Jujur aku sangat penasaran untuk memasukinya dan suatu hari nanti aku pasti akan kesana untuk berkunjung.

Karena cukup lelah maka sepanjang jalan Semarang menuju Ungaran aku tertidur, dan mulai tersedar ketuka memasuki kota Ungaran. Tujuan kami adalah Hotel Ungaran cantik, karena di ungaran kami tidak memiliki saudara, maka disanalah kami memutuskan untuk bermalam. Hotel ini sebenarnya hotel sederhana, hanya saja posisinya yang langsung berhadapan dengan Gunung Ungaran membuat hotel ini begitu ramai. dari balik jendela kamar kami nampak jelas kecantikan plus kegagahann Gunung yang menjulang tinggi dihadapan kami. tapi sayang kami terlalu sore sampai disini sehingga kami tidak bisa melihat terbenamnya matahari dari balik Gunung ungaran. dan aku jadi teringat ketika dulu masih tinggal disini, saat-saat habis hujan adalah saat-saat yang sangat menakjubkan, karena sering sekali terlihat pelangi yang menghiasi langit dengan latar belakang gunung yang berwarna hijau kebiruan itu, suatun pemandangan yang masih tetap kurindukan hingga kini dan berharap suatu hari nanti aku dapat menemuinya lagi.

Selepas magrib kami langsung meluncur ke suatu tempat dimana aku menghabiskan masa keciku yaitu Karangjati, kami langsung menuju rumah sahabatku yaitu Mbak menik. dan saat-saat itu tiba juga, tidak ada yang berubah dari sosok serang menik, dia tetap cantik dan mungil hanya saja kini dia telah memiliki satu orang putra bernama Farel, dalam waktu yang sangat sedikit itu kami manfaatkan untuk saling mengulang kenangan masa lalu. dan lagi-lagi moment 17an adalah moment yangpaling bersejerah dalam kehidupan kanak-kanak antara aku dan mbak menik. Dulu setiap 17 agutus, di desa kami selalu mengadakan panggung hiburan. dari tahun-ketahun kami tak pernah absen untuk menjadi pengisi acara. aku,m'menik dan m'rom adalah trio tereksis. bukan hanya 1buah pertunjukan yang kami tampilkan, minimal dalan sebuah pentas kami dapat mementaskan 2-3 tarian. mulai tari daerah sampai tari modern pernah kami hadirkan. sayangnya peristiwa-peristiwa itu tidak ada dokumentasinya jadi kami hanya dapat mereviewnya dalan kenangan kami saja.

Waktu semakan malam, ayah mengajak kami langsung kesebuah desa yang bernama Gembongan dan kami menyudahi kunjungan itu dan berharap bisa bertemu lagi. Di Gembongan kami langsung disambut oleh anak didik Ayah, namanya kang to, disanalah kami biasa transit. didepan rumah kang to lah berdiri sebuah rumah yang dimasa kecilku merupakan rumah termewah, disanalah aku dan keluargaku tinggal. dulu ayah punya usaha ternak ayam dalam jumlah yang besar. rumah kami sangat kecil dibanding dengan kandang-kandang yang berdiri dengan gagahnya dihalaman belakang rumah. dan percaya tidak percaya kami baru menyadari bahwa rumah itu memiliki nilai magis setelah kami meninggalkannya untuk pindah kejakarta. Dulu saat kami masih tinggal disana, suatu hari ayah pergi kesemarang untuk urusan dinas, mendadak kami mendapat kabar ayah masuk rumah sakit karena ginjalnya bermasalah. Belum sempat tetangga mengetahui kabar tersebut, para tetangga terkejut dengan rubuhnya salah satu kadang ayam ayah yang berukuran paling besar. untungnya pada saat itu adalah masa istirahat kandang. ada lagi cerita, suatu hari setelah rumah itu kami tinggalkan dan penghuni barunya baru menempati, hujan besar mengguyur disertai gemuruh guntur yang menggelegar dan tiba-tiba pohon kelapa yang ada dihalaman depan rumah tersambar petir dan beberapa hari setelah kejadian tersebut salah satu penghuni rumah tersebut ada yang dipanggil Allah SWT. yah entah hanya kebetulan atau karena memang memiliki nilai magis yang jelas rumah itu seperti memiliki hubungan batin dengan penghuninya, apalagi mitos posisi tusuk sate makin membuat nilai magis dari rumah itu semakin kental.


Keesokannya sebelum kembali kejakarta, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat dimana untuk pertama kalinya aku belajar membaca,berhitung,bersosialisasi sampai berorganisasi, disanalah aku memulai mengukir prestasi dibidang kepramukaan. 4 tahun aku disana dinobatkan sebagai dokter kecil. dimana lagi kalau bukan di Sekolah Dasar NEGERI 1 KARANGJATI. terlalau banyak kenangan yang tak terlupakan, disetiap sudut sekolah ini memiliki arti dalan hidupku, ruang kelas, halaman tempat biasa aku bermain kasti dan latihan pramuka, UKS dimana aku bisa menggunakan pakaian kebanggaanku sebagai dokter kecil, kantin dimana aku biasa membeli makan saat istirahat dan pohon bunga sepatu yang selalu menjadi korban kekreatifitasanku yang nakal dalam dunia potong memotong. Sungguh masa kecil yang sangat menyenangkan. dan itulah tempat terakhir yang aku kunjungi sebelum akhirnya aku kembali kejakarta dan memulai untuk melangkah lagi dan meneruskan hidupku.

Rabu, 20 Agustus 2008

Perjalanan II (Pahlawan,nasib petani tembakau&rasa syukur )

Masih Minggu 17 Agustus 2008

Saat orang-orang merayakan HUT RI yang ke 63 dengan berbagai kesibukan, mulai dari upacara,pesta kemerdekaan dan panggung hiburan seperti tahun-tahun sebelumnya. aku justru mendamparkan diri di laut lepas. Di pantai "Sekucing" aku semakin mengenal diriku dan mencoba berintropeksi diri.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi, udara pantai mulai tak bersahabat, mataharipun semakin tinggi dan panas, banyak pengunjung yang pulang dan pantai mulai sepi. kami memutuskan untuk kembali, karena kami harus segera ke SAREAN (pekuburan) tempat semua saudara dan nenek moyangku dimakamkan. Setelah memandikan ponakanku yang hanpir selama 3jam berendam dipantai maka kami pun pulang.......

Sesampainya kami dirumah, kami langsung bersiap siap menuju SAREAN. Jujur 17an kali ini merupakan moment yang baik untuk memperkenalkan sosok pahlawan pada keponakanku . Almarhum Bpk SIDONO GONDOSUWITO, kakek/bapak kandung dari Bunda adalah salah satu pahlawan kemerdekaan. ini dibuktikan dengan ilustrasi bambu runcing dengan bendera merah putih yang terbuat dari seng yang tertancap di atas Nisan Kakek. Kakek memang tidak dimakamkan di Makam Pahlawan seperti pahlawan-pahlawan lainnya, karena kakek saat masih hidup memang pernah meminta untuk dimakamkan di SAREAN didekat desa agar anak cucunya bisa setiap saat-setiap waktu datang untuk mendoakannya. dan Bunda dengan bangganya menceritakan kenangan soal kakek kepada keponakanku itu.

Setelah kami merapikan semua bawaaan kami, tepat jam 10 kami melanjutkan perjalanan sesuai dengan rencana. Sebelum kami menuju Ungaran, kami mampir ke beberapa tempat, tadinya kupikir ini akan menjadi kunjungan biasa. siapa sangka ini akan menjadi pelajaran hidup bagiku dan ladang untuk bersyukur. Kami mampir ke salah satu Kakek Sepupu dari Bunda, beliau adalah adik dari almarhum kakekku. dia hidup sangat sederhana, rumah kampung berlantai tanah dan beratap genting tak memanpakkan diri bahwa dia cukup kaya, dia adalah pemilik beberapa petak sawah. sawah-sawah itu sebagian dia tanami padi dan sebagian dia tanami tembakau dan saat inipun dia sedang panen tembakau.

Warga daerah ini memang salah satu daerah penghasil tembakau. sepanjang jalan aku melihat berjejer irisan tembakau yang sedang dikeringkan secara tradisional. tiba-tiba teringat olehku, gencarnya pemberitaan bahwa akan dikeluarkannya Fatwa MUI mengenai pengharaman Rokok. kebayang ngak bagaimana nasib warga sini, termasuk juga kakek sepupuku ini kalau fatwa itu benar-benar disetujui. YA jujur saja aku termasuk orang yang menginginkan fatwa itu segera keluar karena bagiku asap rokok itu amat sangat mengganggu, tapi ini tidak akan menyelesaikan masalah, karena akan timbul masalah yang jauh lebih rumit. Menurutku satu-satunya cara untuk mengurangi konsumsi rokok adalah dengan menaikkan cukai rokok, sehingga masyarakat berfikir dua kali bila ingin membeli rokok dan kehidupan petani tembakau tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya, karena rokok hanya bisa dikonsumsi oleh orang-orang berduit saja.

Karena waktu kami yang sempit, maka kami tidak lama berkunjung kerumah kakek sepupu. perjalanan kami lanjutkan menuju Kendal, kami hendak berkunjung kerumah pak dhe ( kakak laki-laki Bunda). semasa kecil dulu aku dan saudara-saudara sepupuku sangat segan dengan sosok pakdhe yang satu ini. dia sangat tegas dan jarang beramah tamah dengan ponakan-ponakannya. hanya saja aku senang bila diajak kerumah pakdheku yang satu ini, karena satu hal, rumahnya sudah modern dan nyaman. sebagai Wakil ketua DPR tingkat II Kendal yang saat itu dijabatnya, membuat pelayanan dirumah ini sangat menyenangkan, banyak makanan yang enak-enak dan beraneka macam permen yang tersedia di meja tamu sangat membuatku betah disana.

Siapa sangka, di usia tuanya kini beliau sudah tak berdaya. raut wajah yang tak bersahabat kini memancarkan kepasrahan. Penyakit pengapuran di tulang ekornya membuat pak dhe hanya bisa tertidur dikasurnya dengan aktifitas yang terbatas. bukan hanya itu. Di usia senjanya dia hanya hidup dengan istrinya karena anak-anaknya tinggal diluar kota,bahkan anak sulungnya kini sedang mengarungi samudra sebagai pelayar. Rasa sedih melihat keadaan pakdhe membuatku menangis, hatiku miris sekaligus bersyukur karena masih memiliki orang tua yang begitu sehat dan segar. dan apapun yang terjadi aku takkan membiarkan masa tua kedua orang tuaku dalam kesepian, sebisa mungkin aku akan mendampingi mereka sampai kapanpun.

Selasa, 19 Agustus 2008

Perjalanan I

Sabtu16 Agustus 2008......

Pagi itu sekitar jam 5, tidak seperti biasa Bunda membangunkanku. Rasa khawatir langsung menghantui perasaanku karena biasanya kalau Bunda membangunkanku berarti aku terlambat bangun dan aku siap-siap untuk mendapatkan sarapan pagi yang sangat tidak menyenangkan. Tapi darahku langsung mengalir lembut ketika Bunda malah tersenyum padaku dan menawarkanku sesuatu. Bunda dan Ayah mendadak ingin pulang ke semarang, tanpa ragu langsung aku terima tawaran itu, setelah semalam aku merasa sangat bosan karena liburan panjang ini akan aku lewatkan dengan berdiam diri dirumah cos temen-temen sibuk meramaikan 17-an.

Setelah melakukan persiapan secukupnya, Tepat jam 10 pagi aku,Bunda,Ayah dan keponakanku tersayang Adiba berangkat dari rumah. Awalnya aku sedikit ragu ketika aku akan mengutarakan keinginanku untuk berkunjung ke sebuah desa yang selalu hadir di mimpi-mimpiku, Desa dimana aku menghabiskan masa kecilku yaitu Desa Karangjati-Ungaran. setelah acara di Weleri (kampung ayah dan Bunda) selesai tentunya. Alangkah senangnya aku ketika Ayah mengabulkan permintaanku dan akupun semakin bersemangat .

Perjalanan panjang ini semakan melelahkan, Liburan panjang kali ini rupanya menjadi moment yang tepat untuk pulang kampung. bukan hanya sekedar pulang kampung biasa, karena ini adalah liburan panjang terakhir jelang bulan puasa. Seperti kebiasaan masyarakat Indonesia yang membudayakan Nyekar sebelum puasa tiba, hal ini membuat jalanan menuju tengah dan timur pulau Jawa ini padat dan macet.

Seharusnya perjalanan ini hanya kami tempuh dalam waktu kurang dari 9 jam,tapi ternyata harus kami tempuh dalam waktu lebih dari 10 jam. Jam 9 malam kami baru sampai di Weleri. Sebelum kami kerumah Budhe, kami memutuskan untuk Sholat isya dan makan malam, sudah menjadi kebiasaan kami setiap melakukan perjalanan kemanapun, tidak lengkap rasanya tanpa berwisata kuliner. Dan tentu saja kami sudah punya tujuan, bakmi "pak Kromo". warungnya sangat sederhana dan letaknyapun masuk kedalam gang dan jauh dari jalan raya. setelah memarkirkan mobil di halaman kantor kecamatan, kami langsung masuk kedalam gang, pemandangan pertama adalah pikulan tempat pak kromo memasak mienya yang terletak diluar warung. setelah memesan mei rebus dan sambil menunggu pesanan, sepiring gorengan pun menggoda selera apalagi perut kosong membuatku tak tahan untuk langsung menyantapnya.

Tak lama pesanan kami datang, bagi orang yang pertama kami melihat mie ini pasti tidak menyangka bahwa rasanya selangit, karena kuah mienya yang berwarna hitam pucat dan bisa dibilang tidak menarik. Dan kalau kamu berfikir perlu ditambah saos..Selamat!!! kamu tidak akan menemukan itu karena pak Kromo berusaha mempertahankan cita rasa khas mienya yang natural. So selain dasyat enaknya yang pasti kesehatannya juga terjamin.

Setelah puas menikmati mie, kami langsung menuju rumah kakak perempuan bunda (Budhe)....karena kelelahan aku dan diba memutuskan untuk tidur setelah mandi. Dan bagi para orang tua pastinya mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk bercengkrama.

Minggu 17 Agustus 2008 ..........

Azan subuh membahana...meski kantuk masih setia menggelayuti mataku, aku tetap harus bangun untuk melaksanakan sholat subuh. Awalnya setelah solat subuh aku mau tidur lagi menikmati udara dingin pedesaan yang sangat menggoda, tapi tawaran Ayah tak sanggup ku tolak, dia mengajak kami untuk ke pantai "sekucing". sebuah pantai yang masih menjadi bagian dari laut Utara pulau jawa ini letaknya 80km dari tempat kami, pantai ini sangat indah dipagi hari, karena berbeda dengan laut yang ada diselatan yang justru indah pada sore hari. dari pantai ini kita dapat melihat matahari terbit.

Dengan semangat setelah solat subuh kami segera berangkat. Tapi sayang, karena acara cukup dadakan, maka kami butuh waktu agak lama untuk bersiap-siap. kami berangkat setengah jam lebih lambat dari rencana awal. Perjalanan menuju pantai sangat mengagumkan sekelilingku kulihat sawah hijau membantang dengan gunung-gunung yang setia menjadi background dari kecantikan ciptaan Tuhan ini. walau sedikit kecewa karena matahari tak bisa menunggu, walhasil kami hanya bisa melihat terbitnya matahari dari balik sawah.

Mengagumkan Ciptaan Tuhan ini, dia menciptakan segalanya dengan sempurna. aku kini merasa sedikit lega ketika matahari masih menampakkan kecantikannya ketika aku sampai disana. dan akupun tak berhenti mengaguminya. Langkah beruntungnya aku masih bisa menikmati ini semua, Merasakan hangatnya sinar mentari, menikmati derusan ombak yang menyisir kepantai, menikmati kedamaian, bebas, lepas, Tenang dan kucoba melepaskan semua beban. kubiarkan kakiku disapa lembutnya ombak dan pasir. kupandangi ujung pantai ini, dan terfikir olehku sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan, Mengapa kita harus putus asa sedangkan harapan itu tak pernah berujung. cakrawala yang membentang panjang dihadapanku mengisayaratkan bahwa sesuatu yang nampak seperti akhir bukanlah akhir dari segalanya, setiap akhir adalah awal untuk perjalanan selanjutnya. Jiwaku semakin larut kedalam keindahan pantai ini. Takcukup hanya menikmati, rasa syukurpun ku panjatkan aku merasa Tuhan begitu dekat. malam sebelum perjalanan ini dimulai aku hanya seseorang yang hanya bisa mengeluh, mengapa saat orang bisa melewati liburan panjangnya dengan berbagai acara, aku hanya diam mendengarkan Iradio tanpa tahu apa yang akan aku lakukan besok, saat orang-orang sedang bergembira. Aku yakin Tuhan Maha Mendengar dan hanya karenaNyalah aku berada disini pagi ini, dan mungkin aku lebih bahagia dibandingkan orang-orang,teman-teman dan sahabat-sahabatku yang memang sudah memiliki rencana sebelumnya. dan kini aku hanya diam menikmati kebahagiaan ini dan mengaguminya sebagai anugerah terindah.