Rabu, 15 Oktober 2008

Jakarta Masih Lebih baik.....

Kemaren salah satu temanku baru saja kembali dari liburan lebarannya. Dia memang kelahiran Jakarta namun kedua orang tuanya berasal dari bukit tinggi sumatra barat. bukan hanya oleh-olehnya yang menarik tapi ceritanya juga sangat menarik.kalau Liburan kemaren aku ke lampung dan Dia ke Padang, cerita yang kami bawa hampir sama. terutama hal yang sangat menyebalkan.

Pada saat aku ke Lampung, kira-kira didaerah Kemiling atas aku mengalami peristiwa yang hampir saja berakhir kacau. saat itu aku satu mabil dengan Ayah dan ayahlah yang mengemudikan mobil, dalam keadaan macet aku melihat ada sebuah motor dengan kecepatan penuh tiba-tiba mengerem dan hampir mengenai motor didepannya yang sedang mengantri dikemacetan.

Tak lama mobil yang kunaiki bergerak maju karena mobil didepanku juga sudah mulai bergerak maju dan tiba-tiba dengan manisnya, motor yang tadi kulihat, kini sudah berada tepat didepan mobilku yang sedang bergerak maju. walhasil kami hampir menabraknya, dengan posisi yang seperti itu seharusnya kami yang kaget dan marah. Tapi lain ladang lain ilalang,tanpa merasa bersalah justru pengemudi motor itulah yang marah dan mencaci maki ayahku karena dia anggap ayah kurang berhati-hati, Ayah yang kaget dan berusaha secepat mungkin untuk menginjak Rem menjawab dengan sopan dan baik-baik " kamu yang hati-hati ". Rupaya penumpang motor itu naik pitam dan menggebrak kaca depan mobil tepat di depan ayah, ayah berusaha menenangkan dengan membuka sedikit jendelanya, belum selesai jendela terbuka sebuah tonjokan keras mengenai kaca berkali-kali. kami langsung meminta ayah untuk menutup jendela dan cepat jalan ketika laki-laki gila tadi terus menghantamkan kepalan tangannya ke arah kaca. kami hanya kawatir kaca jendela pecah dan mengenai ayah.

kami berhasil menghindar ketika jalanan mulai lancar. tapi rupanya pengemudi motor tadi benar-benar kesetanan, mereka mengejar kami. dan saat kami terkena macet lagi laki-laki yang membonceng mengulangi lagi pukulannya berkali-kali, keras sekali pukulannya. syukurlah kami masih dilindungi oleh Allah, meskipun pukulan itu sedemikian kerasnya namun tak pecah. hanya saja kami yakin sekali justru tangan laki-laki tadi yang nantinya akan memar dan kesakitan bahkan mungkin retak tulang-tulangnya ( sayang saja aku ngak tahu keadaannya sekarang). paling tidak aku berharap begitu, karena aku ngak rela aja Ayahku yang sudah berusia hampir 60 tahun dicaci maki seenaknya seperti itu tanpa berbuat salah.

Keadaan masih menegangkan, tiba di kemiling bawah mendadak hujan turun dengan derasnya. ketika kami sadar mobil kedua rombongan kami tertinggal jauh dari mobilku dan aku berinisiatif untuk menelponnya dan jawabannya mengejutkan. Sebuah sepeda motor menghantam bagian belakang mobilnya yang mengakibatkan lampu sein sebelah kanannya pecah. hanya saja pengemudi motor itu langsung mengaku salah dan tidak terjadi pertengkaran

Malamnya saat kami di hotel, kami membahasnya dan ternyata perasaan kami dengan perasaan pengemudi rombongan kedua merasa bahwa pengguna jalan di Lampung tidak tahu aturan. entah karena sedikitnya kendaraan yang melintas disana sehingga mereka dengan seenaknya menggunakan jalan atau memang orang-orang disana yang ngak tahu tata tertib berlalulintas. sering sekali kami kami dibuat terkejut karena mobil yang didepan kami tiba-tiba belok kanan/kiri tanpa menyalakan sein atau menyalip dari sebelah kiri dengan kecepatan yang kurang sehingga membuat kami harus mengerem mendadak.

cerita yang hampir sama juga dialami temanku yang dari Padang tadi. hanya saja dia tidak sampai bertabarakan hanya beberapa kali adu mulut dengan pengemudi disana ( yah maklum masih muda jadi sulit mengendalikan diri ). kami yang selama ini tinggal di jakarta dengan mobilitas lalulintas yang begitu padat berfikir bahwa Jakarta adalah pemegang tata tertib lalulintas terburuk diseluruh Indonesia tapi ternyata di pulau sumatra jauh lebih buruk dan kacau balau. kalau sudah begini ternyata Jakarta masih lebih baik dan lebih nyaman untuk berkendara..........

Kamis, 09 Oktober 2008

Yang kutahu Cinta itu Indah.......

aku gadis berusia 26 tahun, karirku sebagai desain grafis disebuah perusahaan Advertising terkenal di Indonesia sangat baik, tampangku juga ngak bisa dibilang jelek. Tapi dengan itu semua tidak lantas membuatku mudah menemukan pasangan

Itulah yang membuatku selalu menghindar bila ada pertemuan keluarga, pertanyaan standar mengenai kapan aku akan menikah merupakan mimpi buruk yang selalu menghantuiku setiap kali bertemu dengan keluarga besar baik dari ayahku maupun dari ibuku.

Tapi suatu hari aku tidak dapat menolak undangan adik sepupuku yang sedang melangsungkan pernikahannya. Dia adalah salah satu adik sepupuku yang sudah menikah, sebelumnya sudah banyak adik sepupuk yang telah menikah. Di pesta pernikahan adik sepupu itulah aku bertemu dengan cinta masa laluku. Cinta monyet, cinta anak ingusan, cinta yang tak pernah terungkap dan tak berani mengungkap.

Seorang laki-laki yang umurnya bahkan lebih tua 2 tahun dari kakak sulungku yang berbeda 7 tahun denganku. Semua orang mengakui ketampanannya, bahkan aku yang saat itu masih berusia 10 tahun bisa merasakan ada daya tarik yang begitu laur biasa dalam dirinya terlebih statusnya sebagai mahasiswa fakultas teknik Universitas Diponegoro membuatnya makin membuatku terpesona.

Setelah belasan tahun kami tidak bertemu, di pesta itulah aku bertemu kembali dengannya. meskipun nampak tua namun pesonanya tak pernah berhenti membuat hatiku bergetar, senyumnya, keramahannya dan keakrabannya membuatku tak dapat menguasai perasaanku.

Sampai saat ini, saat usianya sudah hampir mendekat angka 35tahun dia belum juga menikah. menurut saudaraku dia sudah memiliki kekasih tapi hubungannya kurang mendapat respon positif dari keluarganya.

Entah darimana asalnya, tiba-tiba wacana perjodohanku dengan laki-laki itu terlontar dari orang tuaku. batinku berkata pucuk dicinta ulam tiba, tanpa berkata-kata aku mengiyakan perjodohan itu karena bagiku takkan sulit untuk mencintainya lagi. aku semakin berharap ketika aku mendengar kabar bahwa seluruh keluarganya juga menginginkan perjodohan itu.

Seiring waktu, hari berganti,bulan berlalu.....wacana itu seperti menguap begitu saja.tak ada perkembangan berarti. Aku masih terdiam dalam harap, sedikitpun aku tak berfikir untuk melepaskannya dan tetap menunggu dia datang dan segera meminangku.

Suatu hari, aku mendapat kabar darinya, entah bagaimana menggambarkan perasaanku saat itu, yang jelas aku tak percaya, kabar itu adalah kabar pernikahannya. Aku menangis namun harus tetap tersenyum, aku lumpuh tapi harus tetap terus berlari. Seketika Harapanku lepas, musnah dan mati.

Aku Kecewa........
karena Yang kutahu Cinta Itu Indah..........

Sabtu, 04 Oktober 2008

Melepasmu......

Jumat, 3 okt 2008....

Pagi itu aku baru saja menyelesaikan sarapanku disebuah hotel dikawasan jalan Raden Intan Bandar lampung. ketika masuk kedalam kamar, sayup-sayup ku dengar Papa sedang berbicara dengan seorang kerabat di Jawa. bukan hanya sekedar menyucapkan selamat hari raya yang ku dengar, tapi sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Papa mendapatkan undangan pernikahan dari orang yang kuharapkan untuk kelak menjadi pendampingku.

mendadak aku seperti terbangun dari mimpi, dibalik senyumku ku simpan kehancuran hatiku. segera kukemasi segala asaku yang sempat membuatku berani menghadapi hari esok. hari ini semuanya harus ku lepas, kan kubuang bersama ombak yang menghantam kapal yang mengantarku kembali kepulau jawa.

ingin marah...melampiaskan...
pada siapa saja......
namun aku sendiri disini
ku ingin katakan aku kecewa....

bila cinta tak lagi untukku
bila dia bahagia dirimu
ku akan pergi meski hati tak akan rela....

bila pelangi yang akan KAU beri
inikah hujan yang harus aku terima,
inikah petir yang harus aku rasakan,
inikah badai yang harus aku jalani
tuk menemui pelangi MU......